Rabu, 26 September 2012

Laporan Tanah


LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAH, PEMUPUKAN DAN KESUBURAN PERAIRAN



Oleh :
Kelompok 11





UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
MALANG
2011

1 PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Tanah merupakan hasil transformasi zat – zat mineral dan organic dii muka daratan bumi. Tanah terbentuk di bawah pengaruh factor – factor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan morfologi. Tanah merupakan media bagii tumbuhan tingkat tinggi dan pangkal hidup bagi hewan dan manusia. Tanah merupakan system ruang, waktu, bermakna empat (Sutanto, 2005).
Komponen tanah (mineral, organic, air dan udara) tersusun antara yang satu dan yang lain membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon – horizon yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis. Bermacam – macam jenis tanah yang berbentuk merupakan refleksi kondisi lingkungan yang berbeda (Sutanto, 2005).
Tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (unconsolidated) terletak dipermukaan bimu, yang telah akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh factor – factor genetic dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembapan dan suhu), organism (makro dan mikro), dan topografi pada suatu periode waktu tertentu (Hanafiah, 2009).

1.2   Maksud Dan Tujuan
1.2.1      Maksud
Maksud dari praktikum ilmu tanah, pemupukan dan kesuburan perairan tentang materi pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh tanah biasa, penentuan tekstur tanah dengan perasaan, pengambilan contoh tanah secara sederhana dan penentuan pH tanah adalah untuk mengetahui cara pengambilan contoh – contoh tanah tersebut.
Maksud dari praktikum ilmu tanah, pemupukan dan kesuburan perairan tentang materi penetapan bobot isi, konsistensi tanah, kapasitas tanah menahan air, pengukuran DO, pengukuran suhu dan pemupukan dan kesuburan perairan adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengetahui dan menghitung serta menetapkan nilai bobot jenis, konsistensi tanah dan bobot isi. Selain tiu, agar dapat mengetahui prosedur kerja pengukuran DO dan suhu, serta tata cara pemupukan perairan dan bagaimana cara pengumpulan juga perhitungan pada plankton.

1.2.2      Tujuan
Tujuan dari praktikum ilmu tanah tentang materi pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh tanah biasa, penentuan tekstur tanah dengan perasaan, pengambilan contoh tanah secara sederhana dan penentuan pH tanah adalah agar pro praktikan mampu menjelaskan bagaimana proses dan cara pengambilan contoh – contoh tersebut.
Tujuan dari praktikum ilmu tanah tentang materi penetapan bobot isi, penetapan bobot jenis, konsistensi tanah, kapasitas tanah menahan air, pengukuran DO, pengukuran suhu dan pemupukan kesuburan perairan adalah agar para praktikan mampu menjealskan bagaimana cara menetapkan bobot isi, dan bobot jenis, bagaimana cara pengukuran DO dan suhu, bagaimana cara mengetahui nilai konsistensi tanag dan kapasitas tanah menahan air serta mampu menjelaskan bagaimana prosedur pemupukan kesuburan.
1.3   Waktu Dan Tempat
Pada praktikum ilmu tanah dengan materi pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh tanah biasa, penentuan tekstur tanah dengan perasaan, pengambilan contoh tanah sederhana dan penentuan pH tanah dilakukan pada Sabtu 12 oktober 2011 pukul 09.00 – 13.30 WIB di Stasiun Percobaan Budidaya Ikan Air Tawar, Sumber Pasir, Malang.
Praktikum ilmu tanah dengan materi penetapan konsistensi tanah, kapasitas tanah menahan air, penentuan bobot isi dan bobot jenis dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 13 oktober 2011 pukul 13.30 – 16.30 WIB di Stasiun Percobaan Budidaya Ikan Air Tawar, Sumberpasir, Malang.

 2. TINJAUAN PUSTAKA
 

2.1 Tanah
2.1.1 Pengertian Tanah
Tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (uncosolidated) terletak di permukaan bumi, yang telah akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor – faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembapan dan suhu), organism (makro dan mikro) dan topografi pada suatu periode waktu tertentu (Hanafiah, 2009).
Tanah merupakan hasil transformasi zat – zat mineral dan organic di muka daratan bumi. Tanah berbentuk di bawah pengaruh factor – factor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan morfologi. Tanah merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan hidup bagi hewan dan manusia. Tanah merupakan system ruang, waktu, bermakna empat (Sutanto, 2005).
2.1.2 Proses Pembentukan Tanah
Menurut Hanafiah (2009), proses pelapukan sangat dipengaruhi oleh iklim dan tipe bebatuan, dan terjadi melalui dua mekanisme, yaitu pelapukan fisik dan pelapukan kimiawi :
a.      Pelapukan fisik (disintegrasi) merupakan dua mekanisme, yaitu pelapukan fisik bebatuan massif pean – hancur terfragmentasi menjadi partikel – partikel kecil tanpa ada perubahan kimiawi sama sekali.
b.      Pelapukan kimiawi, pelapukan atau transdormasi kimiawi, umumnya merupakan proses yang menyertai proses pelapukan / fisik dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam komposisi kimiawi maupun komposisi kimiawi maupun komposisi mineral (dekomposisi) penyusun permukaan frakmen – frakmen bebatuan.
Menurut Lestari (2011), proses pelapukan batuan dan mineral, proses pelapukan mencakup :
a.    Pelapukan fisik, akibat naik turunnya suhu
b.    Pelapukan secara biologic – mekanik, akar – akar yang masuk ke dalam batuan melalui retakan – retakan batuan dapat terus berkembang
c.    Pelapukan kimia, hidrasi dan dehidrasi, oksidasi dan reduksi, hidrolisis, pelarutan
2.1.3 Jenis – jenis Tanah
Menurut Pandhu (2010), jenis – jenis tanah yaitu tanah humus, tanag pasir, tanah alluvial, tanah podzolit, tanah vulkanik, tanah laerit, tanah mediterani, serta tanah gambut.
Menurut Syahdiash (2010) macam / jenis di Indonesia yaitu :
1.    Tanah humus
Tanah yang sangat subur terbentuk dari pelapukan daun dan batang pohon dari hutan tropis yang lebat
2.    Tanah pasir
            Tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3.    Tanah alluvial / endapan
            Tanah yang terbentuk dari lumpur sunggi yang mengendap di daratan rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian
4.    Tanah podrolit
            Tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin
5.    Tanah vulkanik
            Tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung merapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi.
2.1.4 Fungsi Tanah
Menurut Majdid (2009) fungsi tanah adalah :
-          Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
-          Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara dan unsure – unsure hara)
-          Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat – zat pemacu tumbuh : hormone, vitamin dan asam – asam organic, antibiotic dan tekanan toksik / anti hama, enzim yang dapat meningkatkan kesediaan tanah)
-          Sebagai habitat biota tanah, baik yang dampak positif karea terlibat langsung atau tidak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negative karena merupakan hama dan penyakit tanaman.
Menurut Sunarmi et. al., (2006), dalam hubungan dengan pertanian, tanah mempunyai peranan antara lain :
-          Tanah sebagai tempat akan media tumbuh tanaman
-          Tanah sebagai gudang unsure hara tanaman
-          Tanah sebagai persediaan air bagi tanaman


2.2 Pengambilan Contoh Tanah
2.2.1 Pengertian Pengambilan Contoh Tanah
Menurut Husen (2004), pengalaman contoh tanah dapat dilakukan secara komposit sistematis (proporsional) dan randown (non proposional) tergantung pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Menurut Prasetyo (2011), pengambilan contoh tanah individu adalah menentukan tempat pengambilan, kemudian membersihkan rumput – rumput dan sisa tanaman atau bahan organic mentah / seresah yang terdapat di permukaan tanah dibersihkan.
2.2.2 Macam – Macam Pengambilan Contoh Tanah
Ada beberapa macam pengambilan contoh tanah, misalya “Sample random sampling”, “Strartified random sampling” (Random, gird, zigzag sampling) dan “Composite sampling”. Masing – masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Namun yang penting dalam memilih cara pengambilan contoh tanah adalah contoh yang diambil mewakili secara akurat suatu areal, dan biaya pengambilan contoh serendah mungkin. Untuk keperluan pendugaan tingkatan kesuburan tanah, cara pengabilan komposit (“composite sampling”) dianggap cukup baik dan umum dilakukan (eko, 2008).
Menurut Jacob (2001), contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu (distrurb soil kompleks) dan contoh tanah utuh atau tidak terganggu. Contoh tanah utuh biasanya diperlakukan untuk enalisir sifat fisik tanah.
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Contoh Tanah
Adapun factor yang mempengaruhi pengambilan contoh tanah terbentuk seperti, sebagai hasil proses, perkembangan dan pengaruh dari lima factor utama antara lain adalah bahan individual, iklm organism, topografi dan waktu (Sunarmi, et.al, 2006).
Menurut Jacob (2008) sebelum pengambilan contoh tanah perlu diperhatikan keseragaman areal komponen. Areal yang akan diambil contohnya diamati terlebih dahulu keadaan topografi, tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman, penggunaan tanah, input (pupuk, kapur, bahan organic, dsb) dan rencana pertanaman yang akan di tanam.

2.3 Penentuan Tekstur Tanah
2.3.1 Pengertian Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proposisi (%) relative antara krausi pasir (sand) (berdiameter 200 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm) (Hanafiah, 2009).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2 mm), berdasar atas perbandingan banyaknya butir – butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur (Hardjowigeno, 2007).
2.3.2 Macam – macam Tekstur Tanah
Tanah – tanah yang bertekstur pasir, karena butir – butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsure hara.  Tanah – tanah tertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuannya menahan air dan menyediakan unsure hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar. (Hardjowigeno, 2007).
Menurut Harafiah (2009), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :
a.    Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam)
b.    Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5%, liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).
c.    Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :
1).  Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus (dua macam)
2).  Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt) (4 macam) dan
3). Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lampung liat (day loam) lempung liat berpasir (sandy – day loam) atau lempung – liat berdebu (sandy – silt loam) (3 macam)
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Disamping mengetahui kelas tekstur dapat pula diketahui factor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain :
Sifat – sifat fisik tanah yang lain seperti porasitas : daya tahan terhadap air, ketersediaan air, mudah tidaknya di olah, laju kebutuhan air (Sunarmi et.al., 2006).
Menurut Saries (1989), tekstur tanah seolah – olah tidak dapat diubah – ubah, oleh sebab itu, dianggap fital dasar tanah yang sampai batas tertentu dapat menentukan tingkat produktivitas atau nilai ekonomis suatu wilayah. Pengelompokkan bahan mineral tanah ke dalam bagian – bagian utama / fraks (butir primer) yaitu tekstur pasir, debu, liat yang disebut juga matrik juga dibentuk berdasarkan pasir, debu, liat yang disebut juga matrik juga dibentuk berdasarkan butir – butir mineral tersebut dalam millimeter.
2.3.4 Fungsi Penentuan Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah secara kualitas bahwa tekstur dapat menggambarkan bahwa apakah bahan tanah tersebut kasar atau halus, hal ini dapat dirasakan dengan mengambil sedikit tanah basah diantara jari dan jari ibu, jika ternyata terasa agak halus dan liat maka menunjukkan bahwa tanah tersebut kandungan liatnya relative cukup tinggi dan jika terasa kasar maka kandungan pasirnya cukup tinggi, pengamatan ini sering dilakukan oleh orang yang sudah berpengamatan (Sunarmi et.al., 2006).
Di lapangan tekstur tanah dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran. Cara ini disebut metode rasa, dilakukan dengan mengambil sebagian tanah seberat kira – kira 10 gram, pecahkan perlahan, basahi dengan air secukupnya, lalu pijit diantara jari jempol dan telunjuk, geser – geserkan jari telunjuk sambil merasai derajat kekasaran, kelicinan dan kelengketan partikel – partikel tanah (Hanafiah, 2009).


2.4  Struktur Tanah
2.4.1 Pengertian Struktur Tanah
Struktur tanag adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan mineral) dan bahan organic serta oksida, membentuk agregat sekunder. Gatra agregat tanah meliputi bahan padatan dan pori tanah (Sutanto, 2005).
Apabila tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi – frasi tanah, maka struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel – partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel – partikel sekunder (gabungan partikel – partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bonguah)) (Hanafiah, 2009).
2.4.2 Macam – Macam Struktur Tanah
Tanah yang partikel – partikelnya belum bergabung, terutama yang bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertekstur liat, yang terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dan keras jika kering) atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta disebut juga tanpa struktur (Hanafiah, 2009).
Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan mineral) dan bahan organic serta oksida membentuk agregat sekunder. Gatra agregat tanah meliputi bahan padatan dan pori tanah (Sutanto, 2005).
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Tanah
Menurut Sutanto (2005), factor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah yaitu ;
a.    Koagulasi dan peptisasi
Koloid tanah batu mineral (mineral, lempung, oksida, hidroksida) atau senyawa organic (humin dan holoid hasil proses humufikasi seperti polisakarida dan polikromida) dengan adanya air kemungkinan akan membentuk bahan (pendispersi atau peptisasi) atau gel (fluklass atau koagulasi).
b.    Pengerutan dan pengembangan
Pembasahan dan pengeringan yang terjadi secara cepat berakibat langsung pada proses pengerutan dan pengembangan tanah sehingga terjadi cetakan tanah.
c.    Pembekuan
Seperti halnya pelapukan fisik yang terjadi pada batuan, tanah apetal, pejail, ped, dan fragmen akan pecah karena air yang membentuk mengalami peningkatan volume (5.9%).
d.    Organisme tanah
Struktur rendah terutama terbentuk pada tanah dengan kandungan bahan organic dan aktivitas biologi tinggi. Bahan mineral dan bahan organic berikatan satu dengan yang lain karena gaya adhesi, adanya hifa fungi dan koloni bakteri, percampuran tanah dan hasil eksekusi fauna tanah, serta pengaruh agregasi ekskresi dan akar rambut tanaman tingkat tinggi. Berarti struktur remah yang heterogen dan stabil akan terbentuk karena kegiatan organisme tanah.
Menurut Drissen dan Duhai (1991) dalam Syers et.al., (2001) factor yang memperbaiki struktur bahan induk yang terdapat pada bentuk tanah vertisol adalah :
-          Hujan yang cukup untuk mengurangi pelapukan yang tidak terlalu berdampak besar pada pencucian bahan dasar yang dibentuk
-          Periode kemarau terhadap kurtalisasi taman liat yang dibentuk di bagian akar musim kemarau yang telah menghambat pencucian dan pengumpulan hasil pelapukan dan
-          Temperatur tinggi yang memicu proses pelapukan

2.5 Penentuan pH Tanah
2.5.1 Pengertian pH Tanah
Menurut Hanafiah (2005), nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indicator kesuburan kimiari tanah. Karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. pH optimum untuk ketersediaan hara dalam tanah tersebut. pH optimum untuk ketersediaan unsure hara tanah adalah sekitar 7.0 karena pada pH ini semua untuk ketersediaan secara maksimum, sedangkan unsure hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terhajadinya toksistas unsure mikro kecuali Mo sehingga kemungkinan terjadinya toksitas unsure mikto tertekan.
Tanah dengan pH netral sampai basa kaya akan garam nutrient yang dapat merangsang pertumbuhan pakan alami dan pakan alami dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6 – 8,5 (Kardi, 2008).
2.5.2 Macam – macam pH Tanah
Menurut Sutanto (2005) pada umumnya, keasaman tanah dibedakan atas asam, netral dan basa, io H+ dihasilkan oleh kelompok organic yang dibedakan atas ; kelompok karboksil 12-COOH dan kelompok ferd 12-OH, H2Co3, hidrat A13+, oksidasi senyawa S atau penggunaan pupuk yang bereaksi asam. (superfosfat, ammonium sulfat).
Menurut Buckman dan Brady (1982) dalam Kordi (2008), macam – macam pH tanah adalah sebagai berikut :
Penggolongan                    pH Tanah
Asam luar biasa                 < 45
Asam sangat kuat             4,5-5,0
Asam kuat                         5,1-6,0
Asam sedang                    5,6-6,0
Asam lemah                      6,1-6,5
Netral                                 6,6-7,3
Basa lemah                       7,4-7,8
Basa sedang                      7,9-8,4
Basa kuat                          8,5-9,0
Basa sangat kuat               > 9,0
2.5.3 Faktor yang mempengaruhi pH tanah
Factor – factor lain yang kadang kala mempengaruhi plat tanah terutama di daerah industry, antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil samping dari industry, yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen naik air hujan (hujan asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil – fosil padat yang menimbulkan gas – gas sulfur dan nitrogen yang kemudian bereaksi dengan air hujan) (Hanafiah, 2005).
Keasaman tanah disebabkan oleh ion H+ yang dihasilkan pada saat terjadi pelindian kation – kation dalam tanah. Keadaan pH tanah mineral dipengaruhi oleh kandungan kation dalam batuan induk, kation – kation dilepaskan pada saat terjadi pelapukan dan dari koloid tanah dipenuhi oleh kation sampai konsentrasi tertentu. Factor lain seperti iklim, perkembangan tanah dan lain – lain juga akan berpengaruh pada pH tanag (Sutanto, 2005).
2.5.4 Fungsi Penentuan pH
Menurut Sunarmi et.al., (2006) pengetahuan mengetahui reaksi tanah (pH) ini penting sekali karena banyak pertimbangan dalam pemupukan, pengapuran dan perbaruan keadaan kimia dan fisika tanah, terdapat dua jenis reaksi tanah atau keasaman taman yaitu keaman aktif dan potensial.
Menurut Sutanto (2005) keasaman (pH) tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses kimia, fisika, dan biologi di dalam tanah dan juga terhadap sifat tanah yang lain.
1.    Gatra pedologi ; keasaman (pH) mempengaruhi proses pembentukan dan pengembangan tanah ditinjau dari ahli serupa mineral dan bahan organic dan selanjutnya proses perkembangan tanah.
2.    Gatra ekologi : pengaruh pH cukup besar terhadap ketersediaan unsure hara di dalam tanah. Pengaruh pH terhadap tanah dan proses yang terjadi, termasuk ketersediaan unsure hara. Kondisi tanah terbaik (tidak mengandung  bahan yang meracun) terjadi pada kondisi agak asam seperti netral (pH 5,0-7,5) akan etapi perbedaan jenis tanaman maupun pola tanam menghendaki kondisi tertentu.




2.6  Penentuan Bobot Isi
2.6.1  Pengertian Bobot Isi
Menurut Hanafiah (2009), kerapatan massa (bobot isi, BI) adalah bobot masa tanah kondisi lapangan yang dikeringkan oven persatuan volume. Nilai kerapatan masa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekerasan partikel – partikel tanah.
Menurut Sunarmi et.al., (2006) bobot isi adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh (0,5 / cm3). Unit volume yang berisi bahan padat dan volume ruangan diantarannya bobot isi ditentukan oleh jumlah ruang pori dan padatan tanah. Semakin besar jumlah ruang ori, semakin kecil boot isinya, partikel pasir memiliki bobot isi tinggi dari pada tanah liat. Bobot isi tanah adalah hasil pembagian berat kering mutlak dengan volumenya. BI = massa padatan / volume padatan.
2.6.2  Faktor yang mempengaruhi bobot isi
Nilai berat isi tanah sangat bertrantif antara satu titik dengan titik yang lainnya karena perbedaan kandungan bahan organic tanah, kekeruhan tanah, kedalaman tanah, jenis fauna tanah dan kadar tanah (Agus et al., 2006 dalam Djunardi, 2000).
Menurut Priono (2006) nilai bobot isi suatu tanah berubah – ubah tergantung kondisi struktur tanah, terutama dikaitkan dengan pemadatan : untuk itu maka bobot isi sering digunakan sebagai ukuran struktur tanah.
2.6.3  Fungsi penentuan bobot isi
Bobot isi tanah dapat digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan akar untuk menembus (penetrasi) tanah dan untuk pertambahan akar tersebut (Darliono, 2009).
Menurut Sunarmi et.al., (2006) bobot isi tanah adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh dinyatakan dalam gr/cm3, unit volume terdiri dari volume yang terisi bahan padat, dan volume ruangan diantaranya.

2.7  Penentuan bobot jenis
2.7.1      Pengertian Bobot Jenis
Menurut Prijono (2008), bobot jenis partikel (pastido density) dari suatu tanah menunjukan kerapatan dari partikel padat secara keseluruhan.
Menurut Hanafiah (2009), kerapatan partikel (bobot partikel / BP) adalah bobot massa partikel padat persatuan volume tanah, baisanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 g/cm3.
2.7.2      Faktor yang mempengaruhi bobot jenis
Fraksi halus (dalam bentuk sedimen tersuspensi) juga dapat menyumbat pori – pori tanah dilapisi permukaan akibatnya infiltrasi akan menurun sehingga aliran permukaan akan meningkat. Akan tetapi demikian mempunyai agregat yang mantab yakni tidak mudah tersuspensi, maka penyerapan air ke dalam tanah masih cuku besar, sehingga aliran permukaan dan erosi menjadi relative tidak berbahaya (Aisyah, 2009 dalam Dariah et.al., 2009).
Karena berat bahan organic yang lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume sama. Jumlah bahan organic dalam suatu tanah jelas mempengaruhi bobot jenis partikel. Akibatnya tanah permukaan biasanya memiliki bobot jenis yang lebih real dari subsori. Dengan kata lain, semakin banyaknya bahan organic yang terkandung, maka semakin kecil lah nilai dari pada bobot jenis partikel. Sedangkan semakin banyaknya mineral berat benda yang terkandung di dalam tanah, maka akan semakin besar pula nilai bobot jenis partikel tanah tersebut (Burk and Nyle, 1982 dalam Valantine, 2009).
2.7.3      Fungsi penentuan bobot jenis
Penentuan bobot jenis tanah dilakukan di laboratorium terhadap contoh tanah yang diambil dari lapangan. Kegunaan hasil uji bobot jenis ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifat (SNI, 2009).
Menurut Hilel (1982) dalam Agus dan Sehari (2006) dalam kurnia et.al., (2006). Penentuan berat jenis partikel penting apabila diperlukan ketelitian pendugaan pori total. Berat jenis partikel berhubungan langsung dengan berat volume tanah, volume udara tanah, serta kecepatan sedimentasi partikel di dalam zat cair.

2.8  Penentuan ruang pori
2.8.1      Pengertian ruang pori tanah
Menurut Handayanto dan Hairiah (2007), dikenal dua kelas pori – pori tanah berdasarkan ukuran diantaranya yaitu pori – pori makro (diameter 30-100 µm) dan pori – pori mikro (diameter 30µm).
Menurut Sunarmi et al.,(2006), ruang pori tanah adalah bagian tanah yang ditempati air dan udara tanah. Jumlah ruang pori tanah sangat bergantung dari substrat tanah dan ukuran partikel tanah.
Menurut Hardjowigeno (2007), pori – pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori – pori dapat dibedakan menjadi pori – pori kasar (macropore) danpori – pori halus (micropore).
2.8.2      Faktor yang mempengaruhi ruang pori tanah
Menurut Sutanto (2005) factor yang mempengaruhi porositas total dan distribusi ukuran pori adalah sebagai berikut :
a.    Distribusi ukuran partikel jika partikel besar (pasir) lebih banyak, total pori sedikit tetapi banyak memiliki pori berukuran besar.
b.    Kandungan batuan organic, bahan organic merupakan bahan yang sarang (produk) dan tidak meningkatkan total poloritas.
                  Menurut Yusmandhang (2004), kapasitas absorsi dan intersepsi pada hutan, kebun karet, dan kebun campuran cukup tinggi, diikuti oleh kebun kelapa, tegalan serta yang terkecil adalah pada kawasan pemukiman dan industry. Pada hutan dan kebun campuran, keadaan ini disebabkan oleh kondisi ruang porit total yang lebih baru sebagai akibat adanya serasah di permukaan tanah, peralatan tanaman, serta perlindungan dari tujuh atau strata pepohonan yang berlapis.
2.8.3 Fungsi Penentuan ruang Pori Tanah
Menurut Hanafiah (2009), porasitas mencerminkan tingkat kesarangan tanah untuk dilalui arah massa air (permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah (perkolosi, waktu perjarak).
Dari tanah adalah nisbah ruang pori terhadap volume bahan padat yang berperan penting terhadap (a) pergerakan air / lengas tanah (b) ruang perakaran dan (c) pengolahan tanah (Sutanto, 2005)



2.9  Konsistensi tanah
2.9.1  Pengertian konsistensi tanah
Menurut Hanafiah (2009), apabila struktur merupakan hasil keragaman gaya – gaya fisik (kimiawi dan biologis) yang bekerja dari dalam tanah. Maka konsistensi merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya – gaya dari luar, yang merupakan indicator derajat manifestasi kekuatan dan gerak gaya – gaya fisik (kohesi dan adhesi) yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya.
Menurut Sutanto (2005) konsistensi tanah dilarutkan sebagai bentuk kerja kakas (force) fisik adhesi dan kohesi partikel – partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan.
2.9.2 Macam – macam konsistensi tanah
Menurut Sutanto (2005) macam – macam konsistensi tanah yaitu :
1). Konsistensi basah
Konsistensi basah diamati pada saat tanah dalam keadaan basah atau berada di atas kapasitas lapangan.
a.    Kelekatan adalah keadaan adhesi tanah terhadap benda lain
·         Tidak lekat
·         Agak lekat
·         Lekat
·         Sangat lekat
b.    Plastisitas adalah kemampuan bahan tanah untuk diubah bentuknya karena pengaruh tekanan dan tetap pada bentuk semula meskipun tekanan telah dilepaskan.
·         Tidak plastis
·         Agak plastis
·         Plastis
·         Sangat plastis
2). Konsistensi lembut
Konsistensi lembab diamati pada kondisi kandungan lengus kurang lebih antara kering angin dan kapasitas lapangan, dengan cara diremas sampai tanah agak lembut.
·         Lepas – lepas
·         Sangat gembur
·         Tegak gembur
·         Tegak
·         Sangat tegak
·         Luar biasa tegak
3). Konsistensi kering
Konsistensi kering di ukur dengan cara memecahkan agregat dalam keadaan kering angin menggunakan ibu jari dan telunjuk atau menggunakan tangan.
·         Lepas – lepas
·         Lunak
·         Agak keras
·         Keras
·         Sangat keras
·         Luar biasa keras
Menurut Hanafiah (2009), konsistensi ditetapkan dalam tiga kadar air tanah, yaitu :
1)    Konsistensi basah (pada kadar air sekitar kapasitas lapangan (field capacity) untuk menilai : a) derajat kelekatan tanah terhadap benda – benda yang menempelnya yang dideskripsikan menjadi : tak rekat, agak lekat, lekat dan sangat lekat, serta b) derajat klenturan tanah terhadap perubahan bentuknya, yaitu : non plastic (kaku), agak plastis, plastis dan sangat plastis.
2)    Konsistensi lembab (kadar air antara kapasitas lapangan dan kering udara), untuk menilai derajat kegemburan, keteguhan tanah, dipilah menjadi lepas, sangat gembur, gembur teguh, sangat teguh dan ekstrem teguh.
3)    Konsistensi kering (kadar air kondisi kering udara) untuk memulai derajat keeratan tanah, yaitu : lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras dan ekstrem keras.
2.9.3 Faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah
Menurut Hanafiah (2009), factor-faktor yang mempengaruhi konsistnesi tanah meliputi (1) tekstur, (2) sifat dan jumlah koloid organic maupun anorganik (3) struktur dan terutama (4) kadar air tawar.
Menurut Sutanto (2005) dua factor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah yakni : (a) kondisi kelegasan tanah (kering, lembab, basah) dan (b) tekstur tanah (terutama kandungan lempung)

2.9.4 Fungsi penentuan konsistensi tanah
Menurut Sutanto (2005), konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik, juga penting bagi penetrasi atau tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas.
Hasil penetapan konsistensi tandi di Swedia oleh A Heburg, disebut konstanta Atterburg dapat digunakan sebagai indeks yang a) mengindikasikan tingkat akumulasi liat di dalam profil tanah dan b) mendasari teknik pengolahan tanah dan perancangan alat – alat mekanisme pertanian. (Hanafiah, 2009).

2.10      Kapasitas tanah menahan air
2.10.1   Pengertian kapasitas tanah menahan air
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembut yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserop oleh akar – akar tanaman atau ruang uap sehingga tanah makin lama semakin kering (Madjid, 2009).
Kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan aliran permukaan untuk tipe penggunaan lahan non sawah dihitung berdasarkan total ruang pori tanah, kandungan air tanah pada kapasitas lapang, zona perakaran dan intersepsi air oleh rajuk tanaman (Yusmandhang, 2004).
2.10.2   Faktor yang mempengaruhi kapasitas tanah menahan air
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah – tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pada umumnya lebih mudah kekeringan dari pada tanah – tanah bertekstur lempung atau liat (Madjid, 2009).
Kemampuan menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus (Welsje, 2010).
2.10.3   Fungsi penentuan kapasitas tanah menahan air
Menurut Majid (2010) beberapa fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah :
1.    Sebagai unsure hara tanaman
Tanaman memerlukan air dari tanah bersamaan dengan kebutuhan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis
2.    Sebagai pelarut unsure hara
Unsure – unsure hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar – akar tanaman dari larutan tersebut.
3.    Sebagai bagian dari sel – sel tanaman
Air merupakan bagian dari protoplasma sel tanaman
Menurut Chismadha (2007) karakter tanah ideal untuk kolam perikanan terutama terkait dengan daya kadar untuk menyimpan air di dalam badan kedalamannya, meskipun criteria ini mempunyai rentang toleransi yang sangat besar tergantung pada ketersediaan suplai air.
2.11      Pupuk dan pengapuran
2.11.1   Pengertian Pupuk dan Pengapuran
Menurut Sutanto (2005) pada prinsipnya, tanah yang subur adalah tanah yang secara konsisten memberikan hasil yang baik tanpa penambahan pupuk. Apabila diperlukan penambahan pupuk maka terjadi tanggapan tanaman dalam bentuk peningkatan hasil yang cukup tinggi terhadap pemupukan kimia maupun organic serta pemberian air migrasi. Untuk menanggulangi keasaman, pengolahan tanah yang sering kali dilakukan adalah pengapuran (kapur, kapur lohor, dolomite, kalsit)
2.11.2   Fungsi Pupuk dan Pengapuran
Menurut Hanafiah (2009), pengapuran tanah masam secara untuk bertujuan untuk :
1)    Meningkatkan pH tanah dan
2)    Kejenuhan basa, agar
3)    Ketersediaan hara bagi tanaman meningkat dan
4)    Potensi toksik dari unsure mikro atau unsur toksik (seperti A1) menjadi tertekan.
5)    Dengan membaiknya sifat kimiawi tanah, maka aktivitas mikroba dalam penyedraan hara dan zat perangsang tumbuh juga membentuk, sehingga secara akumulatif akan menghasilkan
6)    Pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditanam
Menurut Kardi (2009), untuk memperbaiki pH tanah, maka pengapuran adalah bagian dari persiapan kolam dan tambak. Pengapuran berfungsi untuk ;
-          Meningkatkan pH tanah
-          Membakar jasad – jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar
-          Mengikat dan mengendorkan butiran lumpur halus
-          Memperbaiki kualitas tanah dan
-          Meningkatkan factor yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton.
2.11.3   Macam dan jenis pupuk serta penjelasannya
Menurut Hardjowigeno (2007), pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah puuk yang langsung di dapat dari alam misalnya fosfat alam, pupuk organic (pupuk kandang, kompas) dan sebagainya. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan kadar unsure haranya sengaja ditambahkan dalam upuk tersebut dalam jumlah tertentu.
Pupuk buatan yang mengandung dua atau tiga unsure zat makanan disebut pupuk buatan majemuk atau pupuk buatan ganda.
Menurut Kordi (2009), jenis pupuk yaitu sebagai berikut :
Jenis pupuk
Dosis (kg/Ha)
Pedak halui
Bungkil kepala
Kotoran ayam
Kotoran kerbau / sapi / kuda
Kompos
Biji kapuk
500 – 100
500 – 100
500
1000 – 3000
3000
500 - 1000

2.11.4   Kandungan pupuk organic (kotoran bebek dan puyuh) dan anorganik (pupuk urea, TSP, ZA)
Pupuk alam atau pupuk organic terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kompos. Pupuk hijau biasanya berasal dari tumbuhan – tumbuhan tertentu seperti crotolarid sedangkan pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti sapi, kerbau,kambing dan lain – lain yang telah bercampur dengan sisa – sisa makanan (Nawawi, 2001).
2.11.5   Proses pembuatan pupuk organic
Menurut Annas (2007) teknik pembuatan kompos :
·         Untuk tiap kwintal bahan kompos dibutuhkan bahan sebagai berikut :
1)    Kotoran hewan / jerami : 100 kg
2)    Serbuk gergaji 120 kg
3)    Bekatul : 2 kg
4)    Cm – 50 cc
5)    Tetes debu / larutan gula 1.100 cc
6)    Air : 25 liter
7)    Nutrisi : secukupnya
·         Cara pembuatan
1)      Bahan 1,2,3 dicampur hingga merata
2)      Bahan 4,5,6 dan 7 dilarutkan dalam air
3)      Larutan pada poin B disiramkan pada adonan (hasil campuran point 6)
4)      Adonan dibuat gundukan
5)      Adonan ditutup dengan plastic 4-5 hari dan setiap harinya adonan diaduk dan dibalik dan ditutup kembali dengan plastic
6)      Proses dekomposisi berlangsung ditandai dengan naiknya suhu
7)      Hasil kompos dikatakan berhasil dengan tanah :
-       Dipegang tidak lengket
-       Tidak baud an tidak panas
-       Warna lebih logam / mengkilap
Menurut Aceh Pedia (2009), teknik pembuatan pupuk organic / kompos :
1)    Bahan / daun – daunan, rumput atau jerami, pupuk kandang 20-300 kg sekam padi 100 – 200 kg, dedak / bekatul 50-100 kg, stater / bahan pengurai 0,2 – 0,5 liter, tetes debu / gula 1-2 kg dan air 300-500 liter (secukupnya)
2)    Persiapan tempat
Sebaiknya dibuatkan lubang dengan kedalaman 10-60 cc usahakan tempatnya tidak terbuka atau kena sinar matahari langsung, seperti di bawah pohon sebaiknya dibuatkan naungan / gubuk untuk menghindari sinar matahari langsung dan hujan
3)    Cara pembuatan
Supaya proses pengomporan lebih cepat hijauan / daun – caunan, jerami dipotong – potong kurang lebih 5-10 cm, tetes tebu / gula dan status pengurai dilarutkan dengan air dalam ember / bak plastic diaduk sampai merata potongan – potongan hijauan / jerami dicampur dengan pupuk kandang, dedak, sekam, serbuk gergaji dan limbah pertanian lainnya secara meraa, siramkan larutan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 50 %, bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, kepadatan dibuka, maka adonan akan megar sewaktu pendungukan dan penyiraman langsung dimasukkan ke dalam lubang yang sudah disiapkan. Usahakan tumpukan bahan yang sudah diaduk tinggi tidak melebihi bacin 0,05 permukaan tanah, tutup dengan plastic agar tidak terjadi penguapan, juga ditutup dengan lumpur seluruh permukaan, tancapkan bila bumbu sekitar 10-15 cm agar udara luar masuk sehingga proses pengomposan / fermentasi berjalan lebih cepat.

2.12      Plankton dan keseuburan perairan
2.12.1   Pengertian kesuburan perairan
Menurut Surgono et.al (2006), debit aliran yang masuk ke danau cenderung lebih besar daripada debit air yang keluar danau (rata-ratanya), hal ini mendukung proses pengedapan zat-zat yang ada dala badan air danau, termasuk bahan pencemar yang berasal dari aktivitas masyarakat sekitar danau maupuan dari dasar sungai yang masuk ke danau.yang banyak mengandung unsure hara, yang subur dapat mendukung kehidupan organism dalam air terutama algue atau phytoplankton dalam mempercepat pertumbuhannya dan kelimpahannya. Kesuburan perairan adalah kapasitas atau kesanggupan atau kemampuan perairan untuk dapat menghasilkan produksi yang optimum.
2.12.2   Penggolongan Perairan Berdasarkan Kesuburan
Menurut Goldmen dan Hoine (1983) dalam Apridoyanti (2008) berdasarkan kandungan hara (tingkat kesuburan) dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu danau etopik, danau oligotropik dan danau mesotropik.
Menurut Subariyanti (1985) dalam Purwohadiyanti (2006) berdasarkan tingkat kesuburanya perairan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
*      Perairan Oligotrof
Perairan ini merupakan perairan dengan tingkat kesuburan rendah.
*      Perairan Mesotrof
Perairan ini mempunyai tingkat kesuburan yang sedang unsure haranya lebih banyak dari perairan oligotrof keadaan perairan lebih keruh dari oligotrof karena organisme yang hidup tidak hanya berupa pada lapisan atas saja (permukaan) tetapi tersebar sampai lebih dasar.
*      Perairan Eutortof
Merupakan perairan yang tingkat kesuburannya tinggi. Hal ini dapat terjadi jika perairan oligotrof mendapat masukan air yang subur, dalam arti mendapatkan masukan air yang banyak mengandung unsure hara baik itu organic maupun anorganik


2.12.3   Pembagian plankton berdasarkan jenis
Menurut Hutabarat dan Evani (2008), kelompok hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian mereka tetap terombang – ambing oleh arus lautan. Sub grup ini terdiri dari golongan binatang (zooplankton) dan golongan tumbuh – tumbuhan (fitoplankton).
Plankton merupakan organisme laut yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan gerakannya dipengaruhi oleh gerakan air laut. Plankton terdiri dari golongan tumbuhan (fitoplankton) dan (golongan binatang (zooplankton). (Nur dan Susilawati, 2010).
2.12.4   Pembagian plankton berdasarkan tingkah laku
Menurut Pamela (2010), dilihat dari sebarab partikelnya plankton dapat dibagi menjadi :
a.    Epi plankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 10 mm
b.    Mesoplankton adalah plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400m
c.    Hipoplankton adalah plankton yang hidup pada kedalam lebih dari 400 m
Menurut Barmi 1995 dalam Siregar 2009, bahwa plankton dapat dikelompokkan dalam beberapa hal yakni :
-       Berdasarkan lingkungan hidupnya terdiri atas :
a.      Limnoplankton , plankton yang hidup di air tawar
b.      Haliplankton, plankton yang hidup di laut
c.      Hipalmiro plankton, plankton yang hidup di air payau
d.      Heleoplankton , plankton yang hidup di kolam

2.12.5   Jenis plankton yang merugikan dan menguntungkan
Menurut Lestari dan Edward (2004), jenis –jenis plankton beracun yang  berhasil di identifikasi dalam kasus kematian missal ikan- ikan, udang, kerang di teluk Jakarta ini antara lain adalah Dhyceuinrum sp, Gynodium sp, Protoperium sp, Bynopsis
Menurut Saputro 2009, beberapa jenis pakan ikan alami yang biasa diproduksi secara missal dan memiliki sifat – sifat tersebut diatas adalah infosoria, rotifer, kutu air, daltom, clorela, tetraselmir, arthemia, dan cacing tubifex.

3.    METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsinya
3.1.1 Pengambilan contoh
            a. Pengambilan contoh tanah utuh
        Adapun alat – alat yang digunakan dalam praktikum tanah tentang pengambilan contoh tanah utuh ialah:
·      Ring sampel       :untuk mengambil contoh tanah utuh
·      Cetok                 : untuk menggali tanah dan meratakan tanah
·      Nampan             : untuk wadah alat dan bahan serta sampel tanah
·      Jangka sorong   : untuk mengukur tinggi dan diameter ring sampel
·      Timbangan digital ketelitian10-2 gr : untuk menimbang ring sampel dan tanah
            b. Pengambilan contoh tanah biasa
             Adapun alat – alat yang digunakan dalam praktikum tanah tentang pengambilan contoh tanah biasa ialah :
·      Cetok     : untuk menggali tanah dan meratakan tanah
·      Nampan : untuk wadah alat dan bahan serta sampel tanah
3.1.2 Penentuan tekstur tanah dengan perasaan
            a. Penentuan tekstur tanah dengan perasaan
        Adapun alat – alat yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tentang pengambilan contoh tanah dengan perasaan ialah :
·      Nampan             : untuk wadah alat dan bahan serta sampel tanah
·      Palu                    : untuk meghaluskan sampel tanah
·      Botol semprot    : sebagai wadah aquades atau air kran

             b. Penentuan tekstur tanah secara sederhana
            Adapun alat – alat yang digunakan dalam praktikum tanah tentang penentuan tekstur tanah secara sederhana ialah :
·      Timbangan digital ketelitian10-2 gr : untuk menimbang sampel tanah
·      Gelas ukur 100 ml         : sebagai tempat pengamatan tekstur tanah
·      Spatula                           : untuk mengaduk tanah dengan air
·      Palu                                : untuk menghaluskan tanah
·      Penggaris                       : untuk mengukur ketinggian dari pasir, liat dan debu
3.1.3 Penentuan pH
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum tanah tentang penentuan plt beserta fungsinya ialah :
·           pH tanah              : untuk mengukur pH pada tanah
3.1.4 Penetapan bobot isi
Adapun alat yang digunakan  beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penetapan bobot isi ialah :
·      Ring sampel           :sebagai wadah contoh tanah utuh
·      Oven                       : untuk mengeringkan contoh tanah utuh
·      Jangka sorong        : untuk mengukur tinggi dan diameter  dalam ring sampel
·      Timbangan digital ketelitian10-2 gr: untuk menimbang ring sampel dengan ketelitian10-2 gram
3.1.5 Penetapan bobot jenis
Adapun alat yang digunakan  beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penetapan bobot jenis ialah :
·      Beaker gelas 250 ml : sebagai wadah air panas
·      Gelas ukuran 100 ml : sebagai objek dan menghomogenkan larutan
·      Palu                            : untuk menghaluskan tanah
·      Ayakan                       : untuk menyaring tanah
·       Hot plate                    : untuk memanaskan cairan pada suhu tertentu
3.1.6 Konsistensi Tanah
Adapun alat yang digunakan  beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang konsistensi tanah  ialah :
·           Botol semprot       : sebagai wadah aquades ataupun air kran
·           Nampan               : untuk wadah alat dan bahan serta sampel tanah
3.1.7 Kapasitas Tanah Menahan Air
Adapun alat yang digunakan  beserta fungsinya dalam praktikum tanah mengenai  kapasitas tanah menahan air ialah :
·      Timbangan digital ketelitian10-2 gr: untuk menimbang sampel dengan ketelitian10-2 gram
·      Beaker gelas 250 ml          : sebagai tempat objek pengamatan kapasitas tanah menahan air
·      Gelas ukuran 100 ml          : tempat air
·      Palu                                    : untuk menghaluskan tanah
3.1.8 Pengukuran DO
Adapun alat yang digunakan  beserta fungsinya dalam praktikum tanah mengenai  pengukuran DO  ialah :
·      Botol air mineral 600 ml : untuk wadah air sampel
·      DO meter                       : untuk mengukur kadar DO dalam perairan
3.1.9 Pengukuran suhu
Adapun alat yang digunakan  beserta fungsinya dalam praktikum tanah mengenai  pengukuran suhu  ialah
·    Termometer            : untuk  mengukur suhu perairan.

3.1.10 Pemupukan Dan  Kesuburan Perairan
            a. Pemupukan plankton
·      Plankton net mesh size 25        : untuk menyaring plankton
·      Botol film                                    : untuk wadah sample plankton
            b. Perhitungan plankton
        Adapun alat yang digunakan  beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang perhitungan plankton  ialah  :
·       Pipet tetes          : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
·       Objek glass        : sebagai preparat perhitungan plankton dibawah mikroskop
·       Cover glass        : untuk menutup objek glass dengan kemiringan 450
·       Mikroskop          : untuk mengamati plankton dengan perbesaran tertentu

3.2  Bahan Dan Fungsinya
       3.2.1 Pengambilan contoh tanah
              a. Pengambilan contoh tanah utuh
         Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang pengambilan contoh tanah utuh ialah:
·      Sampel tanah utuh      : sebagai objek pengamatan
·      Kertas label                 : untuk memberi tanda pada ring sampel
b. Pengambilan contoh tanah biasa
·         Tanah              : sebagai objek pengamatan
·         Kertas label     : untuk menandai nampan

3.2.2 Penentuan tekstur tanah dengan perasaan
a. Penentuan tekstur tanah dengan perasaan
       Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penentuan tekstur tanah dengan perasaan  ialah:
·      Tanah              : sebagai objek pengamatan
·      Air                    : untuk melunakkan tanah
b. Penentuan tekstur tanah secara sederhana
       Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penentuan tekstur tanah secara sederhana  ialah:
·      Tanah              : sebagai objek pengamatan
·      Air                    : untuk melarutkan atau melunakkan tanah
       3.2.3 Menentukan pH tanah
        Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penentuan pH tanah  ialah:
·         Tanah              : sebagai objek pengamatan
3.2.4 Penetapan bobot isi
        Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penetapan bobot isi ialah:
·         Tanah kering oven : sebagai objek yang diamati
3.2.5 Penetapan Bobot Jenis
        Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penetapan bobot jenis ialah:
·         Tanah              : sebagai objek yang diamati
·         Air panas         : untuk melarutkan tanah

3.2.6 Konsistensi tanah
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum tanah tentang konsistensi tanah ialah
-          tanah   : sebagai objek yang diamati
-          air        : sebagai campuran atau melarutkan tanah
3.2.7 Kapasitas tanah menahan air
Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang kapasitor tanah menahan air ialah
-          tanah   : sebagai objek yang diamati
-          air        : sebagai campuran atau melarutkan tanah
3.2.8  Pengukuran DO
            Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang pengukura n DO ialah
-          Air kolam   : sebagai sampel yang akan di ukur DO-nya
3.2.9  Pemupukan dan Kesuburan Perairan
a.    Pengumpulan Plankton
Adaupun bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam praktikum tanah tentang pengumpulan plankton ialah
-          Plankton    : sebagai objek yang akan di amati
b.    Perhitungan Plankton
            Adapun bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam praktikum tanah tentang perhitungan plankton aialah
-          Plankton    : sebagai objek yang akan di amati





2 komentar:

  1. waw..
    gag gempor mas ngetik segini banyaknya? -_-

    BalasHapus
  2. coba di tambah sumber ( Daftar Pustaka ) pasti bakalan perfect :)

    BalasHapus