LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAH, PEMUPUKAN DAN KESUBURAN PERAIRAN
Oleh :
Kelompok 11
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN
DAN ILMU KELAUTAN
MALANG
2011
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah merupakan hasil
transformasi zat – zat mineral dan organic dii muka daratan bumi. Tanah terbentuk
di bawah pengaruh factor – factor lingkungan yang bekerja dalam masa yang
sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan morfologi. Tanah merupakan media
bagii tumbuhan tingkat tinggi
dan pangkal hidup bagi hewan dan manusia. Tanah merupakan system ruang, waktu,
bermakna empat (Sutanto, 2005).
Komponen tanah (mineral,
organic, air dan udara) tersusun antara yang satu dan yang lain membentuk tubuh
tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon – horizon yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis. Bermacam – macam jenis
tanah yang berbentuk merupakan refleksi kondisi lingkungan yang berbeda (Sutanto,
2005).
Tanah adalah bahan mineral
yang tidak padat (unconsolidated) terletak dipermukaan bimu, yang telah akan
tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh factor – factor genetic dan
lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembapan dan suhu),
organism (makro dan mikro), dan topografi pada suatu periode waktu tertentu
(Hanafiah, 2009).
1.2
Maksud Dan Tujuan
1.2.1
Maksud
Maksud dari praktikum ilmu
tanah, pemupukan dan kesuburan perairan tentang materi pengambilan contoh
tanah utuh, pengambilan contoh tanah biasa, penentuan tekstur tanah dengan
perasaan, pengambilan contoh tanah secara sederhana dan penentuan pH tanah
adalah untuk mengetahui cara pengambilan contoh – contoh tanah tersebut.
Maksud dari praktikum ilmu
tanah, pemupukan dan kesuburan perairan
tentang materi penetapan bobot isi, konsistensi tanah,
kapasitas tanah menahan air, pengukuran DO, pengukuran suhu dan pemupukan dan
kesuburan perairan adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengetahui dan
menghitung serta menetapkan nilai bobot jenis, konsistensi tanah dan bobot isi.
Selain tiu, agar dapat mengetahui prosedur kerja pengukuran DO dan suhu, serta
tata cara pemupukan perairan dan bagaimana cara pengumpulan juga perhitungan
pada plankton.
1.2.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ilmu
tanah tentang materi pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh tanah
biasa, penentuan tekstur tanah dengan perasaan, pengambilan contoh tanah secara
sederhana dan penentuan pH tanah adalah agar pro praktikan mampu menjelaskan
bagaimana proses dan cara pengambilan contoh – contoh tersebut.
Tujuan dari praktikum ilmu
tanah tentang materi penetapan bobot isi, penetapan bobot jenis, konsistensi
tanah, kapasitas tanah menahan air, pengukuran DO, pengukuran suhu dan
pemupukan kesuburan perairan adalah agar para praktikan mampu menjealskan
bagaimana cara menetapkan bobot isi, dan bobot jenis, bagaimana cara pengukuran
DO dan suhu, bagaimana cara mengetahui nilai konsistensi tanag dan kapasitas
tanah menahan air serta mampu menjelaskan bagaimana prosedur pemupukan
kesuburan.
1.3
Waktu Dan Tempat
Pada praktikum ilmu tanah
dengan materi pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh tanah biasa,
penentuan tekstur tanah dengan perasaan, pengambilan contoh tanah sederhana dan
penentuan pH tanah dilakukan pada Sabtu 12 oktober 2011 pukul 09.00 – 13.30 WIB
di Stasiun Percobaan Budidaya Ikan Air Tawar, Sumber Pasir, Malang.
Praktikum ilmu tanah dengan
materi penetapan konsistensi tanah, kapasitas tanah menahan air, penentuan
bobot isi dan bobot jenis dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 13 oktober 2011
pukul 13.30 – 16.30 WIB di Stasiun Percobaan Budidaya Ikan Air Tawar,
Sumberpasir, Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanah
2.1.1 Pengertian Tanah
Tanah adalah bahan mineral yang tidak
padat (uncosolidated) terletak di permukaan bumi, yang telah akan tetap
mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor – faktor genetik dan lingkungan
yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembapan dan suhu), organism
(makro dan mikro) dan topografi pada suatu periode waktu tertentu (Hanafiah,
2009).
Tanah merupakan hasil transformasi zat
– zat mineral dan organic di muka daratan bumi. Tanah berbentuk di bawah
pengaruh factor – factor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat
panjang. Tanah mempunyai organisasi dan morfologi. Tanah merupakan media bagi
tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan hidup bagi hewan dan manusia. Tanah
merupakan system ruang, waktu, bermakna empat (Sutanto, 2005).
2.1.2 Proses Pembentukan Tanah
Menurut Hanafiah (2009), proses
pelapukan sangat dipengaruhi oleh iklim dan tipe bebatuan, dan terjadi melalui
dua mekanisme, yaitu pelapukan fisik dan pelapukan kimiawi :
a. Pelapukan fisik
(disintegrasi) merupakan dua mekanisme, yaitu pelapukan fisik bebatuan massif
pean – hancur terfragmentasi menjadi partikel – partikel kecil tanpa ada
perubahan kimiawi sama sekali.
b. Pelapukan kimiawi,
pelapukan atau transdormasi kimiawi, umumnya merupakan proses yang menyertai proses
pelapukan / fisik dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam komposisi kimiawi
maupun komposisi kimiawi maupun komposisi mineral (dekomposisi) penyusun
permukaan frakmen – frakmen bebatuan.
Menurut Lestari (2011),
proses pelapukan batuan dan mineral, proses pelapukan mencakup :
a. Pelapukan fisik, akibat
naik turunnya suhu
b. Pelapukan secara biologic –
mekanik, akar – akar yang masuk ke dalam batuan melalui retakan – retakan
batuan dapat terus berkembang
c. Pelapukan kimia, hidrasi
dan dehidrasi, oksidasi dan reduksi, hidrolisis, pelarutan
2.1.3 Jenis – jenis Tanah
Menurut Pandhu (2010),
jenis – jenis tanah yaitu tanah humus, tanag pasir, tanah alluvial, tanah
podzolit, tanah vulkanik, tanah laerit, tanah mediterani, serta tanah gambut.
Menurut Syahdiash (2010)
macam / jenis di Indonesia yaitu :
1. Tanah humus
Tanah yang sangat subur
terbentuk dari pelapukan daun dan batang pohon dari hutan tropis yang lebat
2. Tanah pasir
Tanah
yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta
batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah alluvial / endapan
Tanah
yang terbentuk dari lumpur sunggi yang mengendap di daratan rendah yang
memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian
4. Tanah podrolit
Tanah
subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan
bersuhu rendah / dingin
5. Tanah vulkanik
Tanah
yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung merapi yang subur mengandung
zat hara yang tinggi.
2.1.4 Fungsi Tanah
Menurut Majdid (2009)
fungsi tanah adalah :
-
Tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran
-
Penyedia
kebutuhan primer tanaman (air, udara dan unsure – unsure hara)
-
Penyedia
kebutuhan sekunder tanaman (zat – zat pemacu tumbuh : hormone, vitamin dan asam
– asam organic, antibiotic dan tekanan toksik / anti hama, enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan tanah)
-
Sebagai
habitat biota tanah, baik yang dampak positif karea terlibat langsung atau
tidak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut,
maupun yang berdampak negative karena merupakan hama dan penyakit tanaman.
Menurut Sunarmi et. al.,
(2006), dalam hubungan dengan pertanian, tanah mempunyai peranan antara lain :
-
Tanah
sebagai tempat akan media tumbuh tanaman
-
Tanah
sebagai gudang unsure hara tanaman
-
Tanah
sebagai persediaan air bagi tanaman
2.2
Pengambilan Contoh Tanah
2.2.1
Pengertian Pengambilan Contoh Tanah
Menurut Husen (2004), pengalaman
contoh tanah dapat dilakukan secara komposit sistematis (proporsional) dan
randown (non proposional) tergantung pada tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai.
Menurut Prasetyo (2011), pengambilan
contoh tanah individu adalah menentukan tempat pengambilan, kemudian
membersihkan rumput – rumput dan sisa tanaman atau bahan organic mentah /
seresah yang terdapat di permukaan tanah dibersihkan.
2.2.2
Macam – Macam Pengambilan Contoh Tanah
Ada beberapa macam pengambilan contoh
tanah, misalya “Sample random sampling”, “Strartified random sampling” (Random,
gird, zigzag sampling) dan “Composite sampling”. Masing – masing mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Namun yang penting dalam memilih cara pengambilan
contoh tanah adalah contoh yang diambil mewakili secara akurat suatu areal, dan
biaya pengambilan contoh serendah mungkin. Untuk keperluan pendugaan tingkatan
kesuburan tanah, cara pengabilan komposit (“composite sampling”) dianggap cukup
baik dan umum dilakukan (eko, 2008).
Menurut Jacob (2001), contoh tanah
yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu (distrurb soil kompleks)
dan contoh tanah utuh atau tidak terganggu. Contoh tanah utuh biasanya
diperlakukan untuk enalisir sifat fisik tanah.
2.2.3
Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Contoh Tanah
Adapun factor yang mempengaruhi
pengambilan contoh tanah terbentuk seperti, sebagai hasil proses, perkembangan
dan pengaruh dari lima factor utama antara lain adalah bahan individual, iklm
organism, topografi dan waktu (Sunarmi, et.al, 2006).
Menurut Jacob (2008) sebelum
pengambilan contoh tanah perlu diperhatikan keseragaman areal komponen. Areal
yang akan diambil contohnya diamati terlebih dahulu keadaan topografi, tekstur,
warna tanah, pertumbuhan tanaman, penggunaan tanah, input (pupuk, kapur, bahan
organic, dsb) dan rencana pertanaman yang akan di tanam.
2.3 Penentuan
Tekstur Tanah
2.3.1
Pengertian Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi
partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan
proposisi (%) relative antara krausi pasir (sand) (berdiameter 200 – 0,20 mm
atau 2000 – 200 µm) (Hanafiah, 2009).
Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2 mm), berdasar atas perbandingan
banyaknya butir – butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam
beberapa macam kelas tekstur (Hardjowigeno, 2007).
2.3.2 Macam – macam Tekstur Tanah
Tanah – tanah yang
bertekstur pasir, karena butir – butirannya berukuran lebih besar, maka setiap
satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil
sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsure hara. Tanah – tanah tertekstur liat, karena lebih
halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuannya menahan air dan menyediakan unsure hara tinggi. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur
kasar. (Hardjowigeno, 2007).
Menurut Harafiah (2009),
berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :
a. Tanah bertekstur kasar atau
tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur
pasir atau pasir berlempung (3 macam)
b. Tanah bertekstur halus atau
tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5%, liat atau bertekstur
liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).
c. Tanah bertekstur sedang
atau tanah berlempung, terdiri dari :
1).
Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus (dua macam)
2).
Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat
halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt) (4 macam)
dan
3). Tanah bertekstur sedang tetapi
agak halus mencakup lampung liat (day loam) lempung liat berpasir (sandy – day
loam) atau lempung – liat berdebu (sandy – silt loam) (3 macam)
2.3.3
Faktor Yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Disamping mengetahui kelas tekstur
dapat pula diketahui factor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain :
Sifat – sifat fisik tanah yang lain
seperti porasitas : daya tahan terhadap air, ketersediaan air, mudah tidaknya
di olah, laju kebutuhan air (Sunarmi et.al., 2006).
Menurut Saries (1989), tekstur tanah
seolah – olah tidak dapat diubah – ubah, oleh sebab itu, dianggap fital dasar
tanah yang sampai batas tertentu dapat menentukan tingkat produktivitas atau
nilai ekonomis suatu wilayah. Pengelompokkan bahan mineral tanah ke dalam
bagian – bagian utama / fraks (butir primer) yaitu tekstur pasir, debu, liat
yang disebut juga matrik juga dibentuk berdasarkan pasir, debu, liat yang
disebut juga matrik juga dibentuk berdasarkan butir – butir mineral tersebut
dalam millimeter.
2.3.4
Fungsi Penentuan Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah secara kualitas bahwa tekstur dapat menggambarkan bahwa apakah
bahan tanah tersebut kasar atau halus, hal ini dapat dirasakan dengan mengambil
sedikit tanah basah diantara jari dan jari ibu, jika ternyata terasa agak halus
dan liat maka menunjukkan bahwa tanah tersebut kandungan liatnya relative cukup
tinggi dan jika terasa kasar maka kandungan pasirnya cukup tinggi, pengamatan
ini sering dilakukan oleh orang yang sudah berpengamatan (Sunarmi et.al.,
2006).
Di lapangan tekstur tanah dapat
ditetapkan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk)
yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran. Cara ini disebut metode rasa,
dilakukan dengan mengambil sebagian tanah seberat kira – kira 10 gram, pecahkan
perlahan, basahi dengan air secukupnya, lalu pijit diantara jari jempol dan
telunjuk, geser – geserkan jari telunjuk sambil merasai derajat kekasaran,
kelicinan dan kelengketan partikel – partikel tanah (Hanafiah, 2009).
2.4 Struktur Tanah
2.4.1
Pengertian Struktur Tanah
Struktur tanag adalah penyusunan antar
partikel tanah primer (bahan mineral) dan bahan organic serta oksida, membentuk
agregat sekunder. Gatra agregat tanah meliputi bahan padatan dan pori tanah
(Sutanto, 2005).
Apabila tekstur mencerminkan ukuran
partikel dari fraksi – frasi tanah, maka struktur merupakan kenampakan bentuk
atau susunan partikel – partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual)
hingga partikel – partikel sekunder (gabungan partikel – partikel primer yang
disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bonguah)) (Hanafiah, 2009).
2.4.2
Macam – Macam Struktur Tanah
Tanah yang partikel – partikelnya
belum bergabung, terutama yang bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau
berstruktur lepas, sedangkan tanah bertekstur liat, yang terlihat massif (padu
tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dan keras jika kering) atau apabila dilumat
dengan air membentuk pasta disebut juga tanpa struktur (Hanafiah, 2009).
Struktur tanah adalah penyusunan antar
partikel tanah primer (bahan mineral) dan bahan organic serta oksida membentuk
agregat sekunder. Gatra agregat tanah meliputi bahan padatan dan pori tanah
(Sutanto, 2005).
2.4.3
Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Tanah
Menurut Sutanto (2005), factor yang
mempengaruhi pembentukan struktur tanah yaitu ;
a.
Koagulasi
dan peptisasi
Koloid tanah batu mineral (mineral,
lempung, oksida, hidroksida) atau senyawa organic (humin dan holoid hasil
proses humufikasi seperti polisakarida dan polikromida) dengan adanya air
kemungkinan akan membentuk bahan (pendispersi atau peptisasi) atau gel
(fluklass atau koagulasi).
b.
Pengerutan
dan pengembangan
Pembasahan dan pengeringan yang
terjadi secara cepat berakibat langsung pada proses pengerutan dan pengembangan
tanah sehingga terjadi cetakan tanah.
c.
Pembekuan
Seperti halnya pelapukan fisik yang
terjadi pada batuan, tanah apetal, pejail, ped, dan fragmen akan pecah karena
air yang membentuk mengalami peningkatan volume (5.9%).
d.
Organisme
tanah
Struktur rendah terutama terbentuk
pada tanah dengan kandungan bahan organic dan aktivitas biologi tinggi. Bahan
mineral dan bahan organic berikatan satu dengan yang lain karena gaya adhesi,
adanya hifa fungi dan koloni bakteri, percampuran tanah dan hasil eksekusi
fauna tanah, serta pengaruh agregasi ekskresi dan akar rambut tanaman tingkat
tinggi. Berarti struktur remah yang heterogen dan stabil akan terbentuk karena
kegiatan organisme tanah.
Menurut Drissen dan Duhai (1991) dalam
Syers et.al., (2001) factor yang memperbaiki struktur bahan induk yang terdapat
pada bentuk tanah vertisol adalah :
-
Hujan
yang cukup untuk mengurangi pelapukan yang tidak terlalu berdampak besar pada
pencucian bahan dasar yang dibentuk
-
Periode
kemarau terhadap kurtalisasi taman liat yang dibentuk di bagian akar musim
kemarau yang telah menghambat pencucian dan pengumpulan hasil pelapukan dan
-
Temperatur
tinggi yang memicu proses pelapukan
2.5 Penentuan
pH Tanah
2.5.1
Pengertian pH Tanah
Menurut Hanafiah (2005), nilai pH
tanah dapat digunakan sebagai indicator kesuburan kimiari tanah. Karena dapat
mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. pH optimum untuk
ketersediaan hara dalam tanah tersebut. pH optimum untuk ketersediaan unsure
hara tanah adalah sekitar 7.0 karena pada pH ini semua untuk ketersediaan
secara maksimum, sedangkan unsure hara mikro tidak maksimum kecuali Mo,
sehingga kemungkinan terhajadinya toksistas unsure mikro kecuali Mo sehingga
kemungkinan terjadinya toksitas unsure mikto tertekan.
Tanah dengan pH netral sampai basa
kaya akan garam nutrient yang dapat merangsang pertumbuhan pakan alami dan
pakan alami dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6 – 8,5
(Kardi, 2008).
2.5.2
Macam – macam pH Tanah
Menurut Sutanto (2005) pada umumnya,
keasaman tanah dibedakan atas asam, netral dan basa, io H+
dihasilkan oleh kelompok organic yang dibedakan atas ; kelompok karboksil
12-COOH dan kelompok ferd 12-OH, H2Co3, hidrat A13+,
oksidasi senyawa S atau penggunaan pupuk yang bereaksi asam. (superfosfat,
ammonium sulfat).
Menurut Buckman dan Brady (1982) dalam
Kordi (2008), macam – macam pH tanah adalah sebagai berikut :
Penggolongan
pH Tanah
Asam luar biasa < 45
Asam sangat kuat 4,5-5,0
Asam kuat 5,1-6,0
Asam sedang 5,6-6,0
Asam lemah 6,1-6,5
Netral 6,6-7,3
Basa lemah 7,4-7,8
Basa sedang 7,9-8,4
Basa kuat 8,5-9,0
Basa sangat kuat > 9,0
2.5.3
Faktor yang mempengaruhi pH tanah
Factor – factor lain yang kadang kala
mempengaruhi plat tanah terutama di daerah industry, antara lain adalah sulfur
yang merupakan hasil samping dari industry, yang jika bereaksi dengan air akan
menghasilkan asam sulfur dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen
naik air hujan (hujan asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan
dan pembakaran fosil – fosil padat yang menimbulkan gas – gas sulfur dan
nitrogen yang kemudian bereaksi dengan air hujan) (Hanafiah, 2005).
Keasaman tanah disebabkan oleh ion H+
yang dihasilkan pada saat terjadi pelindian kation – kation dalam tanah.
Keadaan pH tanah mineral dipengaruhi oleh kandungan kation dalam batuan induk,
kation – kation dilepaskan pada saat terjadi pelapukan dan dari koloid tanah
dipenuhi oleh kation sampai konsentrasi tertentu. Factor lain seperti iklim,
perkembangan tanah dan lain – lain juga akan berpengaruh pada pH tanag
(Sutanto, 2005).
2.5.4
Fungsi Penentuan pH
Menurut Sunarmi et.al., (2006)
pengetahuan mengetahui reaksi tanah (pH) ini penting sekali karena banyak
pertimbangan dalam pemupukan, pengapuran dan perbaruan keadaan kimia dan fisika
tanah, terdapat dua jenis reaksi tanah atau keasaman taman yaitu keaman aktif
dan potensial.
Menurut Sutanto (2005) keasaman (pH)
tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses kimia, fisika, dan
biologi di dalam tanah dan juga terhadap sifat tanah yang lain.
1.
Gatra
pedologi ; keasaman (pH) mempengaruhi proses pembentukan dan pengembangan tanah
ditinjau dari ahli serupa mineral dan bahan organic dan selanjutnya proses
perkembangan tanah.
2.
Gatra
ekologi : pengaruh pH cukup besar terhadap ketersediaan unsure hara di dalam
tanah. Pengaruh pH terhadap tanah dan proses yang terjadi, termasuk
ketersediaan unsure hara. Kondisi tanah terbaik (tidak mengandung bahan yang meracun) terjadi pada kondisi agak
asam seperti netral (pH 5,0-7,5) akan etapi perbedaan jenis tanaman maupun pola
tanam menghendaki kondisi tertentu.
2.6
Penentuan Bobot Isi
2.6.1 Pengertian Bobot Isi
Menurut Hanafiah (2009),
kerapatan massa (bobot isi, BI) adalah bobot masa tanah kondisi lapangan yang
dikeringkan oven persatuan volume. Nilai kerapatan masa tanah berbanding lurus
dengan tingkat kekerasan partikel – partikel tanah.
Menurut Sunarmi et.al.,
(2006) bobot isi adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh
(0,5 / cm3). Unit volume yang berisi bahan padat dan volume ruangan
diantarannya bobot isi ditentukan oleh jumlah ruang pori dan padatan tanah.
Semakin besar jumlah ruang ori, semakin kecil boot isinya, partikel pasir
memiliki bobot isi tinggi dari pada tanah liat. Bobot isi tanah adalah hasil
pembagian berat kering mutlak dengan volumenya. BI = massa padatan / volume
padatan.
2.6.2 Faktor yang mempengaruhi
bobot isi
Nilai berat isi tanah
sangat bertrantif antara satu titik dengan titik yang lainnya karena perbedaan
kandungan bahan organic tanah, kekeruhan tanah, kedalaman tanah, jenis fauna
tanah dan kadar tanah (Agus et al., 2006 dalam Djunardi, 2000).
Menurut Priono (2006) nilai
bobot isi suatu tanah berubah – ubah tergantung kondisi struktur tanah,
terutama dikaitkan dengan pemadatan : untuk itu maka bobot isi sering digunakan
sebagai ukuran struktur tanah.
2.6.3 Fungsi penentuan bobot isi
Bobot isi tanah dapat
digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan akar
untuk menembus (penetrasi) tanah dan untuk pertambahan akar tersebut (Darliono,
2009).
Menurut Sunarmi et.al.,
(2006) bobot isi tanah adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam
keadaan utuh dinyatakan dalam gr/cm3, unit volume terdiri dari
volume yang terisi bahan padat, dan volume ruangan diantaranya.
2.7
Penentuan bobot jenis
2.7.1 Pengertian Bobot Jenis
Menurut Prijono (2008),
bobot jenis partikel (pastido density) dari suatu tanah menunjukan kerapatan
dari partikel padat secara keseluruhan.
Menurut Hanafiah (2009),
kerapatan partikel (bobot partikel / BP) adalah bobot massa partikel padat
persatuan volume tanah, baisanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 g/cm3.
2.7.2 Faktor yang mempengaruhi
bobot jenis
Fraksi halus (dalam bentuk
sedimen tersuspensi) juga dapat menyumbat pori – pori tanah dilapisi permukaan
akibatnya infiltrasi akan menurun sehingga aliran permukaan akan meningkat.
Akan tetapi demikian mempunyai agregat yang mantab yakni tidak mudah
tersuspensi, maka penyerapan air ke dalam tanah masih cuku besar, sehingga
aliran permukaan dan erosi menjadi relative tidak berbahaya (Aisyah, 2009 dalam
Dariah et.al., 2009).
Karena berat bahan organic
yang lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume
sama. Jumlah bahan organic dalam suatu tanah jelas mempengaruhi bobot jenis
partikel. Akibatnya tanah permukaan biasanya memiliki bobot jenis yang lebih
real dari subsori. Dengan kata lain, semakin banyaknya bahan organic yang
terkandung, maka semakin kecil lah nilai dari pada bobot jenis partikel.
Sedangkan semakin banyaknya mineral berat benda yang terkandung di dalam tanah,
maka akan semakin besar pula nilai bobot jenis partikel tanah tersebut (Burk
and Nyle, 1982 dalam Valantine, 2009).
2.7.3 Fungsi penentuan bobot
jenis
Penentuan bobot jenis tanah
dilakukan di laboratorium terhadap contoh tanah yang diambil dari lapangan.
Kegunaan hasil uji bobot jenis ini dapat diterapkan untuk menentukan
konsistensi perilaku material dan sifat (SNI, 2009).
Menurut Hilel (1982) dalam
Agus dan Sehari (2006) dalam kurnia et.al., (2006). Penentuan berat jenis
partikel penting apabila diperlukan ketelitian pendugaan pori total. Berat
jenis partikel berhubungan langsung dengan berat volume tanah, volume udara
tanah, serta kecepatan sedimentasi partikel di dalam zat cair.
2.8
Penentuan ruang pori
2.8.1 Pengertian ruang pori tanah
Menurut Handayanto dan Hairiah
(2007), dikenal dua kelas pori – pori tanah berdasarkan ukuran diantaranya
yaitu pori – pori makro (diameter 30-100 µm) dan pori – pori mikro (diameter
30µm).
Menurut Sunarmi et al.,(2006), ruang pori tanah adalah bagian tanah yang ditempati
air dan udara tanah. Jumlah ruang pori tanah sangat bergantung dari substrat
tanah dan ukuran partikel tanah.
Menurut Hardjowigeno (2007), pori –
pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori – pori dapat dibedakan menjadi pori – pori kasar (macropore)
danpori – pori halus (micropore).
2.8.2 Faktor yang mempengaruhi
ruang pori tanah
Menurut Sutanto (2005)
factor yang mempengaruhi porositas total dan distribusi ukuran pori adalah
sebagai berikut :
a.
Distribusi
ukuran partikel jika partikel besar (pasir) lebih banyak, total pori sedikit
tetapi banyak memiliki pori berukuran besar.
b.
Kandungan
batuan organic, bahan organic merupakan bahan yang sarang (produk) dan tidak
meningkatkan total poloritas.
Menurut Yusmandhang (2004),
kapasitas absorsi dan intersepsi pada hutan, kebun karet, dan kebun campuran
cukup tinggi, diikuti oleh kebun kelapa, tegalan serta yang terkecil adalah
pada kawasan pemukiman dan industry. Pada hutan dan kebun campuran, keadaan ini
disebabkan oleh kondisi ruang porit total yang lebih baru sebagai akibat adanya
serasah di permukaan tanah, peralatan tanaman, serta perlindungan dari tujuh
atau strata pepohonan yang berlapis.
2.8.3 Fungsi Penentuan ruang Pori Tanah
Menurut Hanafiah (2009), porasitas mencerminkan tingkat
kesarangan tanah untuk dilalui arah massa air (permeabilitas, jarak per waktu)
atau kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah (perkolosi, waktu
perjarak).
Dari tanah adalah nisbah
ruang pori terhadap volume bahan padat yang berperan penting terhadap (a)
pergerakan air / lengas tanah (b) ruang perakaran dan (c) pengolahan tanah
(Sutanto, 2005)
2.9
Konsistensi tanah
2.9.1 Pengertian konsistensi
tanah
Menurut Hanafiah (2009),
apabila struktur merupakan hasil keragaman gaya – gaya fisik (kimiawi dan
biologis) yang bekerja dari dalam tanah. Maka konsistensi merupakan ketahanan
tanah terhadap tekanan gaya – gaya dari luar, yang merupakan indicator derajat
manifestasi kekuatan dan gerak gaya – gaya fisik (kohesi dan adhesi) yang
bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya.
Menurut Sutanto (2005)
konsistensi tanah dilarutkan sebagai bentuk kerja kakas (force) fisik adhesi
dan kohesi partikel – partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan.
2.9.2 Macam
– macam konsistensi tanah
Menurut Sutanto (2005) macam – macam
konsistensi tanah yaitu :
1). Konsistensi basah
Konsistensi basah diamati
pada saat tanah dalam keadaan basah atau berada di atas kapasitas lapangan.
a. Kelekatan adalah keadaan
adhesi tanah terhadap benda lain
·
Tidak
lekat
·
Agak
lekat
·
Lekat
·
Sangat
lekat
b. Plastisitas adalah
kemampuan bahan tanah untuk diubah bentuknya karena pengaruh tekanan dan tetap
pada bentuk semula meskipun tekanan telah dilepaskan.
·
Tidak
plastis
·
Agak
plastis
·
Plastis
·
Sangat
plastis
2). Konsistensi lembut
Konsistensi lembab diamati
pada kondisi kandungan lengus kurang lebih antara kering angin dan kapasitas
lapangan, dengan cara diremas sampai tanah agak lembut.
·
Lepas
– lepas
·
Sangat
gembur
·
Tegak
gembur
·
Tegak
·
Sangat
tegak
·
Luar
biasa tegak
3). Konsistensi kering
Konsistensi kering di ukur
dengan cara memecahkan agregat dalam keadaan kering angin menggunakan ibu jari
dan telunjuk atau menggunakan tangan.
·
Lepas
– lepas
·
Lunak
·
Agak
keras
·
Keras
·
Sangat
keras
·
Luar
biasa keras
Menurut Hanafiah (2009), konsistensi
ditetapkan dalam tiga kadar air tanah, yaitu :
1)
Konsistensi
basah (pada kadar air sekitar kapasitas lapangan (field capacity) untuk menilai
: a) derajat kelekatan tanah terhadap benda – benda yang menempelnya yang dideskripsikan
menjadi : tak rekat, agak lekat, lekat dan sangat lekat, serta b) derajat
klenturan tanah terhadap perubahan bentuknya, yaitu : non plastic (kaku), agak
plastis, plastis dan sangat plastis.
2)
Konsistensi
lembab (kadar air antara kapasitas lapangan dan kering udara), untuk menilai
derajat kegemburan, keteguhan tanah, dipilah menjadi lepas, sangat gembur,
gembur teguh, sangat teguh dan ekstrem teguh.
3)
Konsistensi
kering (kadar air kondisi kering udara) untuk memulai derajat keeratan tanah,
yaitu : lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras dan ekstrem keras.
2.9.3 Faktor yang mempengaruhi
konsistensi tanah
Menurut
Hanafiah (2009), factor-faktor yang mempengaruhi konsistnesi tanah meliputi (1)
tekstur, (2) sifat dan jumlah koloid organic maupun anorganik (3) struktur dan
terutama (4) kadar air tawar.
Menurut
Sutanto (2005) dua factor
utama yang mempengaruhi konsistensi tanah yakni : (a) kondisi kelegasan tanah
(kering, lembab, basah) dan (b) tekstur tanah (terutama kandungan lempung)
2.9.4 Fungsi penentuan
konsistensi tanah
Menurut Sutanto (2005),
konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik,
juga penting bagi penetrasi atau tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah
menyimpan lengas.
Hasil penetapan konsistensi
tandi di Swedia oleh A Heburg, disebut konstanta Atterburg dapat digunakan
sebagai indeks yang a) mengindikasikan tingkat akumulasi liat di dalam profil
tanah dan b) mendasari teknik pengolahan tanah dan perancangan alat – alat
mekanisme pertanian. (Hanafiah, 2009).
2.10
Kapasitas tanah menahan air
2.10.1 Pengertian kapasitas tanah
menahan air
Kapasitas lapang adalah
keadaan tanah yang cukup lembut yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan
oleh tanah tersebut terus menerus diserop oleh akar – akar tanaman atau ruang
uap sehingga tanah makin lama semakin kering (Madjid, 2009).
Kemampuan potensial tanah
menahan air hujan dan aliran permukaan untuk tipe penggunaan lahan non sawah
dihitung berdasarkan total ruang pori tanah, kandungan air tanah pada kapasitas
lapang, zona perakaran dan intersepsi air oleh rajuk tanaman (Yusmandhang,
2004).
2.10.2 Faktor yang mempengaruhi
kapasitas tanah menahan air
Kemampuan tanah menahan air
dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah – tanah bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus. Oleh
karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pada umumnya lebih mudah kekeringan
dari pada tanah – tanah bertekstur lempung atau liat (Madjid, 2009).
Kemampuan menahan air
dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah bertekstur kasar mempunyai
kemampuan menahan air lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus (Welsje,
2010).
2.10.3 Fungsi penentuan kapasitas
tanah menahan air
Menurut Majid (2010)
beberapa fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah :
1. Sebagai unsure hara tanaman
Tanaman memerlukan air dari tanah
bersamaan dengan kebutuhan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan
karbohidrat dalam proses fotosintesis
2. Sebagai pelarut unsure hara
Unsure – unsure hara yang terlarut
dalam air diserap oleh akar – akar tanaman dari larutan tersebut.
3. Sebagai bagian dari sel –
sel tanaman
Air merupakan bagian dari protoplasma
sel tanaman
Menurut Chismadha (2007)
karakter tanah ideal untuk kolam perikanan terutama terkait dengan daya kadar
untuk menyimpan air di dalam badan kedalamannya, meskipun criteria ini
mempunyai rentang toleransi yang sangat besar tergantung pada ketersediaan
suplai air.
2.11
Pupuk dan pengapuran
2.11.1
Pengertian
Pupuk dan Pengapuran
Menurut Sutanto (2005) pada
prinsipnya, tanah yang subur adalah tanah yang secara konsisten memberikan
hasil yang baik tanpa penambahan pupuk. Apabila diperlukan penambahan pupuk
maka terjadi tanggapan tanaman dalam bentuk peningkatan hasil yang cukup tinggi
terhadap pemupukan kimia maupun organic serta pemberian air migrasi. Untuk
menanggulangi keasaman, pengolahan tanah yang sering kali dilakukan adalah
pengapuran (kapur, kapur lohor, dolomite, kalsit)
2.11.2
Fungsi
Pupuk dan Pengapuran
Menurut Hanafiah (2009), pengapuran
tanah masam secara untuk bertujuan untuk :
1)
Meningkatkan
pH tanah dan
2)
Kejenuhan
basa, agar
3)
Ketersediaan
hara bagi tanaman meningkat dan
4)
Potensi
toksik dari unsure mikro atau unsur toksik (seperti A1) menjadi tertekan.
5)
Dengan
membaiknya sifat kimiawi tanah, maka aktivitas mikroba dalam penyedraan hara
dan zat perangsang tumbuh juga membentuk, sehingga secara akumulatif akan
menghasilkan
6)
Pertumbuhan
dan produksi tanaman yang ditanam
Menurut Kardi (2009), untuk
memperbaiki pH tanah, maka pengapuran adalah bagian dari persiapan kolam dan
tambak. Pengapuran berfungsi untuk ;
-
Meningkatkan
pH tanah
-
Membakar
jasad – jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar
-
Mengikat
dan mengendorkan butiran lumpur halus
-
Memperbaiki
kualitas tanah dan
-
Meningkatkan
factor yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton.
2.11.3
Macam
dan jenis pupuk serta penjelasannya
Menurut Hardjowigeno (2007), pupuk
dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah puuk
yang langsung di dapat dari alam misalnya fosfat alam, pupuk organic (pupuk
kandang, kompas) dan sebagainya. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di
pabrik dengan jenis dan kadar unsure haranya sengaja ditambahkan dalam upuk
tersebut dalam jumlah tertentu.
Pupuk buatan yang mengandung dua atau
tiga unsure zat makanan disebut pupuk buatan majemuk atau pupuk buatan ganda.
Menurut Kordi (2009), jenis pupuk
yaitu sebagai berikut :
Jenis pupuk
|
Dosis (kg/Ha)
|
Pedak halui
Bungkil kepala
Kotoran ayam
Kotoran kerbau / sapi / kuda
Kompos
Biji kapuk
|
500 – 100
500 – 100
500
1000 – 3000
3000
500 - 1000
|
2.11.4
Kandungan
pupuk organic (kotoran bebek dan puyuh) dan anorganik (pupuk urea, TSP, ZA)
Pupuk alam atau pupuk organic terdiri
dari pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kompos. Pupuk hijau biasanya berasal
dari tumbuhan – tumbuhan tertentu seperti crotolarid sedangkan pupuk kandang
adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti sapi, kerbau,kambing dan
lain – lain yang telah bercampur dengan sisa – sisa makanan (Nawawi, 2001).
2.11.5
Proses
pembuatan pupuk organic
Menurut Annas (2007) teknik pembuatan
kompos :
·
Untuk
tiap kwintal bahan kompos dibutuhkan bahan sebagai berikut :
1)
Kotoran
hewan / jerami : 100 kg
2)
Serbuk
gergaji 120 kg
3)
Bekatul
: 2 kg
4)
Cm
– 50 cc
5)
Tetes
debu / larutan gula 1.100 cc
6)
Air
: 25 liter
7)
Nutrisi
: secukupnya
·
Cara
pembuatan
1)
Bahan
1,2,3 dicampur hingga merata
2)
Bahan
4,5,6 dan 7 dilarutkan dalam air
3)
Larutan
pada poin B disiramkan pada adonan (hasil campuran point 6)
4)
Adonan
dibuat gundukan
5)
Adonan
ditutup dengan plastic 4-5 hari dan setiap harinya adonan diaduk dan dibalik
dan ditutup kembali dengan plastic
6)
Proses
dekomposisi berlangsung ditandai dengan naiknya suhu
7)
Hasil
kompos dikatakan berhasil dengan tanah :
-
Dipegang
tidak lengket
-
Tidak
baud an tidak panas
-
Warna
lebih logam / mengkilap
Menurut Aceh Pedia (2009), teknik
pembuatan pupuk organic / kompos :
1)
Bahan
/ daun – daunan, rumput atau jerami, pupuk kandang 20-300 kg sekam padi 100 –
200 kg, dedak / bekatul 50-100 kg, stater / bahan pengurai 0,2 – 0,5 liter,
tetes debu / gula 1-2 kg dan air 300-500 liter (secukupnya)
2)
Persiapan
tempat
Sebaiknya
dibuatkan lubang dengan kedalaman 10-60 cc usahakan tempatnya tidak terbuka
atau kena sinar matahari langsung, seperti di bawah pohon sebaiknya dibuatkan
naungan / gubuk untuk menghindari sinar matahari langsung dan hujan
3)
Cara
pembuatan
Supaya
proses pengomporan lebih cepat hijauan / daun – caunan, jerami dipotong –
potong kurang lebih 5-10 cm, tetes tebu / gula dan status pengurai dilarutkan
dengan air dalam ember / bak plastic diaduk sampai merata potongan – potongan
hijauan / jerami dicampur dengan pupuk kandang, dedak, sekam, serbuk gergaji
dan limbah pertanian lainnya secara meraa, siramkan larutan secara merata
sampai kandungan air adonan mencapai 50 %, bila adonan dikepal dengan tangan,
air tidak keluar dari adonan, kepadatan dibuka, maka adonan akan megar sewaktu
pendungukan dan penyiraman langsung dimasukkan ke dalam lubang yang sudah
disiapkan. Usahakan tumpukan bahan yang sudah diaduk tinggi tidak melebihi
bacin 0,05 permukaan tanah, tutup dengan plastic agar tidak terjadi penguapan,
juga ditutup dengan lumpur seluruh permukaan, tancapkan bila bumbu sekitar
10-15 cm agar udara luar masuk sehingga proses pengomposan / fermentasi
berjalan lebih cepat.
2.12
Plankton dan keseuburan
perairan
2.12.1 Pengertian kesuburan
perairan
Menurut
Surgono et.al (2006), debit aliran yang masuk ke danau cenderung lebih besar
daripada debit air yang keluar danau (rata-ratanya), hal ini mendukung proses
pengedapan zat-zat yang ada dala badan air danau, termasuk bahan pencemar yang
berasal dari aktivitas masyarakat sekitar danau maupuan dari dasar sungai yang
masuk ke danau.yang banyak mengandung unsure hara, yang subur dapat mendukung
kehidupan organism dalam air terutama algue atau phytoplankton dalam
mempercepat pertumbuhannya dan kelimpahannya. Kesuburan perairan adalah
kapasitas atau kesanggupan atau kemampuan perairan untuk dapat menghasilkan
produksi yang optimum.
2.12.2 Penggolongan Perairan
Berdasarkan Kesuburan
Menurut Goldmen dan Hoine
(1983) dalam Apridoyanti (2008) berdasarkan kandungan hara (tingkat kesuburan)
dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu danau etopik, danau oligotropik dan
danau mesotropik.
Menurut Subariyanti (1985)
dalam Purwohadiyanti (2006) berdasarkan tingkat kesuburanya perairan dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu :
Perairan
Oligotrof
Perairan ini merupakan
perairan dengan tingkat kesuburan rendah.
Perairan
Mesotrof
Perairan ini mempunyai
tingkat kesuburan yang sedang unsure haranya lebih banyak dari perairan
oligotrof keadaan perairan lebih keruh dari oligotrof karena organisme yang
hidup tidak hanya berupa pada lapisan atas saja (permukaan) tetapi tersebar
sampai lebih dasar.
Perairan
Eutortof
Merupakan perairan yang
tingkat kesuburannya tinggi. Hal ini dapat terjadi jika perairan oligotrof
mendapat masukan air yang subur, dalam arti mendapatkan masukan air yang banyak
mengandung unsure hara baik itu organic maupun anorganik
2.12.3 Pembagian plankton
berdasarkan jenis
Menurut Hutabarat dan Evani
(2008), kelompok hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun
demikian mereka tetap terombang – ambing oleh arus lautan. Sub grup ini terdiri
dari golongan binatang (zooplankton) dan golongan tumbuh – tumbuhan
(fitoplankton).
Plankton merupakan
organisme laut yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak
dan gerakannya dipengaruhi oleh gerakan air laut. Plankton terdiri dari
golongan tumbuhan (fitoplankton) dan (golongan binatang (zooplankton). (Nur dan
Susilawati, 2010).
2.12.4 Pembagian plankton
berdasarkan tingkah laku
Menurut
Pamela (2010), dilihat dari sebarab partikelnya plankton dapat dibagi menjadi :
a.
Epi
plankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman
sekitar 10 mm
b.
Mesoplankton
adalah plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400m
c.
Hipoplankton
adalah plankton yang hidup pada kedalam lebih dari 400 m
Menurut
Barmi 1995 dalam Siregar 2009, bahwa plankton dapat dikelompokkan dalam
beberapa hal yakni :
-
Berdasarkan
lingkungan hidupnya terdiri atas :
a.
Limnoplankton
, plankton yang hidup di air tawar
b.
Haliplankton,
plankton yang hidup di laut
c.
Hipalmiro
plankton, plankton yang hidup di air payau
d.
Heleoplankton
, plankton yang hidup di kolam
2.12.5 Jenis plankton yang
merugikan dan menguntungkan
Menurut
Lestari dan Edward (2004), jenis –jenis plankton beracun yang berhasil di identifikasi dalam kasus kematian
missal ikan- ikan, udang, kerang di teluk Jakarta ini antara lain adalah Dhyceuinrum
sp, Gynodium sp, Protoperium sp, Bynopsis
Menurut
Saputro 2009, beberapa jenis pakan ikan alami yang biasa diproduksi secara
missal dan memiliki sifat – sifat tersebut diatas adalah infosoria, rotifer,
kutu air, daltom, clorela, tetraselmir, arthemia, dan cacing tubifex.
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsinya
3.1.1
Pengambilan contoh
a. Pengambilan contoh tanah utuh
Adapun alat – alat yang digunakan dalam
praktikum tanah tentang pengambilan contoh tanah utuh ialah:
·
Ring
sampel :untuk mengambil contoh tanah utuh
·
Cetok
: untuk menggali tanah dan meratakan
tanah
·
Nampan
: untuk wadah alat dan bahan serta
sampel tanah
·
Jangka
sorong : untuk mengukur tinggi dan diameter
ring sampel
·
Timbangan
digital ketelitian10-2 gr : untuk menimbang ring sampel dan tanah
b. Pengambilan contoh tanah biasa
Adapun alat – alat yang digunakan dalam
praktikum tanah tentang pengambilan contoh tanah biasa ialah :
·
Cetok
: untuk menggali tanah dan meratakan tanah
·
Nampan
: untuk wadah alat dan bahan serta sampel tanah
3.1.2 Penentuan tekstur tanah dengan perasaan
a. Penentuan tekstur tanah dengan
perasaan
Adapun alat – alat yang digunakan
beserta fungsinya dalam praktikum tentang pengambilan contoh tanah dengan
perasaan ialah :
·
Nampan
: untuk wadah alat dan bahan serta
sampel tanah
·
Palu
: untuk meghaluskan sampel tanah
·
Botol
semprot : sebagai wadah aquades atau air kran
b. Penentuan
tekstur tanah secara sederhana
Adapun alat – alat yang digunakan
dalam praktikum tanah tentang penentuan tekstur tanah secara sederhana ialah :
·
Timbangan
digital ketelitian10-2 gr : untuk menimbang sampel tanah
·
Gelas
ukur 100 ml : sebagai tempat pengamatan tekstur
tanah
·
Spatula
: untuk mengaduk tanah
dengan air
·
Palu
: untuk menghaluskan tanah
·
Penggaris
: untuk mengukur ketinggian dari
pasir, liat dan debu
3.1.3 Penentuan pH
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum tanah tentang penentuan plt beserta
fungsinya ialah :
·
pH
tanah : untuk mengukur pH pada tanah
3.1.4 Penetapan bobot isi
Adapun
alat yang digunakan beserta fungsinya
dalam praktikum tanah tentang penetapan bobot isi ialah :
·
Ring
sampel :sebagai wadah contoh tanah utuh
·
Oven
: untuk mengeringkan contoh tanah utuh
·
Jangka
sorong : untuk mengukur tinggi dan
diameter dalam ring sampel
·
Timbangan
digital ketelitian10-2 gr: untuk menimbang ring sampel dengan
ketelitian10-2 gram
3.1.5 Penetapan bobot jenis
Adapun
alat yang digunakan beserta fungsinya
dalam praktikum tanah tentang penetapan bobot jenis ialah :
·
Beaker
gelas 250 ml : sebagai wadah air panas
·
Gelas
ukuran 100 ml : sebagai objek dan menghomogenkan larutan
·
Palu
: untuk menghaluskan tanah
·
Ayakan
: untuk menyaring tanah
·
Hot plate : untuk memanaskan cairan pada suhu tertentu
3.1.6 Konsistensi Tanah
Adapun
alat yang digunakan beserta fungsinya
dalam praktikum tanah tentang konsistensi tanah
ialah :
·
Botol
semprot : sebagai wadah aquades ataupun air
kran
·
Nampan
: untuk wadah alat dan bahan serta
sampel tanah
3.1.7 Kapasitas Tanah Menahan Air
Adapun
alat yang digunakan beserta fungsinya
dalam praktikum tanah mengenai kapasitas
tanah menahan air ialah :
·
Timbangan
digital ketelitian10-2 gr: untuk menimbang sampel dengan
ketelitian10-2 gram
·
Beaker
gelas 250 ml : sebagai tempat objek pengamatan
kapasitas tanah menahan air
·
Gelas
ukuran 100 ml : tempat air
·
Palu
: untuk menghaluskan tanah
3.1.8 Pengukuran DO
Adapun
alat yang digunakan beserta fungsinya
dalam praktikum tanah mengenai
pengukuran DO ialah :
·
Botol
air
mineral 600 ml : untuk wadah air sampel
·
DO
meter : untuk mengukur kadar DO dalam
perairan
3.1.9 Pengukuran suhu
Adapun
alat yang digunakan beserta fungsinya
dalam praktikum tanah mengenai
pengukuran suhu ialah
·
Termometer :
untuk mengukur suhu perairan.
3.1.10 Pemupukan Dan
Kesuburan Perairan
a. Pemupukan plankton
·
Plankton
net mesh size 25 : untuk
menyaring plankton
·
Botol
film :
untuk wadah sample plankton
b. Perhitungan plankton
Adapun alat yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah
tentang perhitungan plankton ialah :
·
Pipet
tetes : untuk mengambil larutan
dalam skala kecil
·
Objek
glass : sebagai preparat perhitungan
plankton dibawah mikroskop
·
Cover
glass : untuk menutup objek glass
dengan kemiringan 450
·
Mikroskop : untuk mengamati plankton dengan
perbesaran tertentu
3.2 Bahan Dan Fungsinya
3.2.1
Pengambilan contoh tanah
a.
Pengambilan contoh tanah utuh
Adapun
bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang pengambilan
contoh tanah utuh ialah:
·
Sampel
tanah utuh : sebagai objek pengamatan
·
Kertas
label : untuk memberi tanda pada
ring sampel
b. Pengambilan contoh tanah biasa
·
Tanah
: sebagai objek pengamatan
·
Kertas
label : untuk menandai nampan
3.2.2 Penentuan tekstur tanah dengan
perasaan
a. Penentuan tekstur tanah dengan
perasaan
Adapun bahan yang
digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penentuan tekstur
tanah dengan perasaan ialah:
·
Tanah
: sebagai objek pengamatan
·
Air
: untuk melunakkan tanah
b. Penentuan tekstur tanah secara
sederhana
Adapun
bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang penentuan
tekstur tanah secara sederhana ialah:
·
Tanah
: sebagai objek pengamatan
·
Air
: untuk melarutkan atau melunakkan tanah
3.2.3
Menentukan pH tanah
Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum
tanah tentang penentuan pH tanah ialah:
·
Tanah
: sebagai objek pengamatan
3.2.4
Penetapan bobot isi
Adapun bahan yang digunakan beserta
fungsinya dalam praktikum tanah tentang penetapan bobot isi ialah:
·
Tanah
kering oven : sebagai objek yang diamati
3.2.5 Penetapan Bobot Jenis
Adapun bahan yang digunakan beserta
fungsinya dalam praktikum tanah tentang penetapan bobot jenis ialah:
·
Tanah
: sebagai objek yang diamati
·
Air
panas : untuk melarutkan tanah
3.2.6 Konsistensi tanah
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum tanah tentang konsistensi tanah ialah
-
tanah
: sebagai objek yang diamati
-
air
: sebagai campuran atau melarutkan
tanah
3.2.7 Kapasitas tanah menahan air
Adapun
bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum tanah tentang kapasitor
tanah menahan air ialah
-
tanah
: sebagai objek yang diamati
-
air
: sebagai campuran atau melarutkan
tanah
3.2.8
Pengukuran
DO
Adapun bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam
praktikum tanah tentang pengukura n DO ialah
-
Air kolam : sebagai sampel yang akan di ukur DO-nya
3.2.9
Pemupukan
dan Kesuburan Perairan
a.
Pengumpulan
Plankton
Adaupun
bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam praktikum tanah tentang
pengumpulan plankton ialah
-
Plankton : sebagai objek yang akan di amati
b.
Perhitungan
Plankton
Adapun bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam
praktikum tanah tentang perhitungan plankton aialah
-
Plankton : sebagai objek yang akan di amati
waw..
BalasHapusgag gempor mas ngetik segini banyaknya? -_-
coba di tambah sumber ( Daftar Pustaka ) pasti bakalan perfect :)
BalasHapus